Proyek Terlambat, Petugas Pengawas PPK Padang Pariaman Berdalih Faktor Cuaca
Petugas Pengawas PPK Padang Pariaman saat memberikan keterangan kepada wartawan |
Padang, (SUMBAR) internewss - Menelusuri perkembangan informasi paket pembangunan infrastruktur perkeretaapian oleh Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Padang, di Propinsi Sumatera Barat, media internewss melakukan konfirmasi dikantor PPK Padang Pariaman, Satker Padang Pariaman di Jalan Aur Duri Indah 1 Padang, pada Kamis (26/1/2023).
Seperti diberitakan sebelumnya, paket proyek infrastruktur kereta api yang disinyalir menelan dana puluhan miliar rupiah melalui sumber dana APBN Pusat tahun anggaran 2022, tetapi pekerjaan tidak selesai seratus persen dilaksanakan kontraktor dalam masa kontrak, sehingga pada Januari 2023 masih ada sejumlah item pekerjaan belum rampung dikerjakan. Hal ini terpantau dibeberapa lokasi pekerjaan, belasan orang pekerja masih berkutat melakukan pekerjaan seperti di stasiun alai, stasiun lubuk buaya, dan pengecoran slof pagar besi dibeberapa titik lokasi di alai dan belanti.
Potret proyek balai teknik Perkeretaapian Kelas II Padang, Januari 2023 |
Menyoal hal ini, Zulrapsanjani Petugas Pengawas PPK Padang Pariaman, Satker Padang Pariaman, yang ditemui media internewss dikantornya pada Kamis (26/1/2023) berdalih, terlambatnya penyelesaian pekerjaan oleh kontraktor disebabkan faktor cuaca yang sering hujan, sehingga mengganggu proses pelaksanaan pekerjaan dilapangan."Pekerjaan terlambat karena cuaca sering hujan, akibatnya banyak pekerjaan tertunda dan tidak bisa dilaksanakan"kata Zulrapsanjani yang didampingi Atio Marsa Petugas Pengawas PPK Padang Pariaman lainnya.
Ironi nya, pelaksanaan pekerjaan dilapangan disinyalir asal jadi alias cepat selesai seperti yang terpantau pada pekerjaan pengecoran slof pagar besi dan besi rel yang dipasang menjejer dipinggir perlintasan kereta api didaerah Buayan Padang Pariaman. Dilokasi itu, selimut beton slof seperti terlihat mengalami keropos karena terdapat banyak pori dan rongga yang diduga terjadi akibat kurang pemadatan dilakukan pada saat pengecoran. Untuk menutupi kondisi yang terjadi, pori dan rongga itu ditempeli lapisan semen yang dicampur pasir sehingga slof beton menjadi terlihat tidak rapi dan "bopeng - bopeng".
Berdasarkan informasi dari masyarakat Buayan yang tinggal dipinggir perlintasan kereta api, ada pengecoran slof dilakukan tanpa besi tulangan. Bahkan pekerjaan pengecoran slof terlihat ketika itu begitu tergesa - gesa dilakukan sehingga proses pengadukan cor ada dilakukan dilokasi pekerjaan.
Zulrapsanjani mengatakan slof yang dikerjakan harus memakai tulangan besi. "Informasi yang disampaikan ini nanti kita tindaklanjuti"kata Zulrapsanjani.
Menyinggung soal jarak begol pada pembuatan besi tulangan slof, dikatakan Zulrapsanjani berjarak 10 cm hingga 20 cm. Namun Zulrapsanjani kembali berdalih ketika diperlihatkan Vidio proses pengecoran dimana besi tulangan slof yang telah selesai dirangka terlihat jarak begol tidak beraturan dari 30 cm sampai 35 cm, bahkan tidak terikat dengan baik.
"Itu kan belum di cor, nanti ketika dicor pasti dirapikan kembali"kata Zulrapsanjani sembari meminta waktu untuk mengakhiri penjelasannya."Maaf saya ada keperluan mau keluar"katanya. (DM/int)
Tidak ada komentar