Kementerian PUPR Optimalkan Infrastruktur Pengendali Banjir di Manado, Sulut
Manado,(Internewss)--- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus berupaya mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur pengendali banjir PUPR guna membantu mengurangi dampak bencana banjir di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Curah hujan dengan intensitas maksimum 300 mm pada Jumat (27/1/2023) menyebabkan banjir melanda sebagian wilayah Provinsi Sulut, khususnya Kota Manado.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono telah memerintahkan jajarannya untuk bergerak cepat membantu penanganan banjir dengan menunjuk Direktur Sungai dan Pantai, Ditjen Sumber Daya Air, Bob Arthur Lombogia untuk meninjau langsung fungsi infrastruktur pengendali banjir PUPR di Sulawesi Utara, Minggu (29/1/2023).
“Saya ditugaskan oleh Bapak Menteri untuk melihat langsung bencana di Manado. Kita tahu bahwa tanggal 27 Januari terjadi banjir, ada beberapa sungai meluap di bagian utara Kota Manado, seperti Sungai Bailang, Sungai Mahawu, dan Sungai Tikala. Itu yang kami perlu lihat sekaligus datang ke sini untuk mengecek peran Bendungan Kuwil Kawangkoan dalam melaksanakan pola operasi bendungannya, dalam upaya pengendalian banjir,” kata Bob Arthur Lombogia.
Dikatakan Bob Arthur, saat curah hujan ekstrem mengguyur pada Jumat (27/1/2023), mengakibatkan meluapnya 6 sungai yang melintasi Kota Manado, yakni Sungai Tondano, Sungai Tikala, Sungai Mahawu, Sungai Bailang, Sungai Sario, dan Sungai Malalayang. Sedangkan Daerah Aliran Sungai (DAS) dari Bendungan Kuwil Kawangkoan, yakni Sungai Tondano relative tidak meluap. Terdapat luapan air sedikit yang terjadi di Sungai Tikala yang merupakan anak dari Sungai Tondano.
“Kenapa begitu? Karena Bendungan Kuwil Kawangkoan sudah mereduksi debit banjir pada Jumat-Sabtu hingga 96 m3 per detik,” kata Bob Arthur.
Menurutnya, secara teknis saat curah hujan ekstrem terjadi pada Jumat (27/1/2023), kondisi elevasi bendungan mencapai 96,6 meter. Untuk itu, 2 buah pintu bendungan dengan masing-masing kapasitas 308,7 m3/detik. Selanjutnya, saat pintu ditutup terjadi kenaikan genangan dari 96,6 meter menjadi 98,2 meter. Artinya hampir sekitar 2 meter atau kurang lebih 2,3 juta kubik air ditampung Bendungan Kuwil Kawangkoan.
“Bayangkan kalau 2,3 juta kubik ini tidak kita tahan di sini, air akan masuk ke Kota Manado. Sehingga banjir akan terjadi di Sungai Tondana maupun Sungai Tikala yang merupakan anak Sungai Tondano,” kata Bob Arthur.
Bendungan Kuwil Kawangkoan di Kabupaten Minahasa memiliki kapasitas tampung 26 juta m3 dan luas genangan 157 hektare dengan fungsi utama untuk mengurangi banjir Kota Manado dan sekitarnya sebesar 25% (146,6 m3/detik). Manfaat pengendali banjir bendungan ini telah dirasakan jika dibandingkan banjir besar yang melanda Kota Manado pada 2014 lalu atau sebelum Bendungan Kuwil Kawangkoan dibangun.
Tercatat pada 2014 lalu, banjir Kota Manado terjadi dengan curah hujan maksimum 160 mm atau jauh di bawah curah hujan ekstrem 2023 sebesar 300 mm. Bencana banjir 2014 telah menggenangi area 2.000 ha atau jauh di atas area terdampak pada 2023, yakni 808 ha.
Manfaat lain bendungan yang telah diresmikan Presiden Joko Widodo pada 19 Januari 2023 ini adalah sebagai penyediaan air baku untuk Kota Manado, Minahasa Utara, Kota Bitung dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung sebesar 4.500 liter/detik, serta pengembangan pariwisata. Di Bendungan Kuwil Kawangkoan terdapat Kawasan Wisata Waruga sebagai wisata budaya untuk mengenal para leluhur di Sulawesi Utara.
Selain mengoptimalkan pengoperasian bendungan, Bob Arthur mengatakan dalam pengendalian banjir Kota Manado juga akan dilakukan normalisasi 3 sungai penyebab banjir. Proses lelang penanganan normalisasi diharapkan dapat dimulai Maret 2023 dengan target sudah kontruksi pada akhir 2023.
“Kami telah mengusulkan program ini di Sungai Tikala dan Sungai Tondano serta Sungai Sario. Kenapa Sungai Tondano masuk? Karena sudah ada penanganan Sungai Tondano pada program lalu, tetapi belum tersambung, sehingga kami perlu lanjutkan,” kata Bob Arthur.
Walikota Manado Andrei Angouw mendukung program normalisasi sungai, khususnya Sunga Tikala dan Sungai Sario dengan mengupayakan relokasi bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai.
“Relokasi rumah sudah ada, tinggal masyarakat didorong dan tegas. Saya mohon dukungan dari masyarakat jangan tinggal di bantaran pasti cerita ini akan terulang lagi. Kita harus dorong yang sebenarnya harus tinggal di Pandu (nama kelurahan di Manado), sekarang yang masih tinggal di bantaran harus pindah tinggal di Pandu,” kata Andrei Angouw. (YM/rel)
Tidak ada komentar