Bentuk Nagari "TAGEH" Solsel Gandeng Dr Andani
Pjs Bupati Solsel Jasman Rizal dan Dr Andani Eka Putra |
Solok Selatan --internewss.com
Pelaksanaan testing dalam deteksi virus Covid-19 tidaklah cukup dalam rangka memutus mata rantai penyebaran. Namun butuh upaya-upaya lain, seperti misalnya optimalisasi pembentukan "Nagari Tageh" di berbagai daerah.
"Tidak cukup dengan melakukan testing semata. Namun kita butuh mengedukasi masyarakat terkait pencegahan Covid ini melalui pembentukan "Nagari Tageh" yang betul betul teraplikasikan di lapangan nantinya," ujar Dr. Andani Eka Putra, Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas di Padang, Sabtu 10/10.
Nagari "Tageh" bermakna nagari atau Desa yang mengoptimalkan segala upaya dan unsur yang ada di dalamnya, dalam usaha pencegahan dan penanganan covid. Termasuk penanganan dalam hal ekonomi dan menimbulkan solidaritas sosial kepada masyarakat yang terkena wabah.
Andani yang melakukan diskusi dengan Pjs. Bupati Solok Selatan Jasman Rizal beserta jajarannya tersebut mengatakan bahwa edukasi tidak bisa diselesaikan dengan bercerita atau seremonial semata, namun perlu aksi dan pengorbanan kita agar betul-betul sampai kepada masyarakat.
Saat ini tambahnya sedang terjadi "pertempuran" dengan Covid. Pemerintah dan segenap unsur harus bersatu padu untuk itu, termasuk bagaimana mencegah masyarakat masuk rumah sakit dan dirawat karena gejala berat.
"Terus terang, rumah-rumah sakit kita jelas tidak siap jika pasien semakin hari semakin meningkat. Tugas kita adalah mencegah bagaimana meluasnya wabah ini. Salah satunya adalah memperbanyak Nagari "Tageh" ini," jelasnya.
Andani menambahkan bahwa pihaknya dalam waktu dekat akan segera membentuk tim terpadu untuk menyelesaikan konsep nagari "tageh" ini, dengan indikator, manfaat, dan target yang jelas. Konsep yang nanti ia susun, menurutnya adalah pengembangan dari konsep yang telah ada sebelumnya.
"Dan yang paling penting, nagari ini nantinya betul-betul kita dampingi dalam pelaksanaannya. Kita juga siap untuk bantu di Solok Selatan nantinya," ujarnya.
Sekilas ia menggambarkan bahwa konsep ini nantinya akan memberdayakan berbagai pihak. Diantaranya para mahasiswa, alim ulama, tokoh adat dan masyarakat, TNI, Polri, dan unsur lainnya di nagari, yang semuanya itu mempunyai keterikatan emosional dengan masyarakat di nagari, sehingga pesan-pesan akan sampai secara lebih efektif.
Sementara itu, Pjs. Bupati Solok Selatan Jasman Rizal mengatakan bahwa pihaknya siap bekerjasama nantinya untuk mengaplikasikan nagari model tersebut di Solok Selatan.
Dalam diskusi sebelumnya dengan Dr. Andani, ia mengatakan bahwa ada beberapa indikator keberhasilan Nagari "Tageh" ini.
"Diantara indikator yang ingin kita capai nantinya adalah dihasilkannya Peraturan Nagari pencegahan dan penanganan Covid, tumbuhnya kesadaran masyarakat, tersedianya rumah isolasi, terlibatnya unsur-unsur yang ada di nagari termasuk perantau, munculnya solidaritas untuk membantu warga yang terdampak, serta indikator lainnya," terang Jasman.
Ia juga mengatakan bahwa hal tersebut sebagai salah satu upaya pendekatan persuasif dengan melibatkan unsur lokal wisdom secara lebih massif, agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh masyarakat di nagari dengan baik.
Jasman menambahkan bahwa salah satu tugas yang ia emban selama lebih kurang 2 bulan lagi kepempimpinannya di Solok Selatan sebagai Penjabat Sementara (Pjs) Bupati adalah bagaimana mencegah dan berusaha memutus mata rantai Covid.
Bukan hanya memberdayakan nagari, berbagai upaya lain telah ia susun untuk dilaksanakan dalam waktu dekat, termasuk melakukan upaya Uji Swab sebanyak-banyaknya, agar secara dini dapat diketahui masyarakat yang terkena wabah tersebut untuk diisolasi.
"Minggu besok ada sekitar 3 ribu lebih tenaga guru, baik ASN maupun tenaga kontrak, yang diinstruksikan untuk uji Swab. Setelah itu akan menyusul kepada unsur-unsur lain, termasuk ASN, dan masyarakat lainnya," tegasnya.
Ia menargetkan bisa mencapai minimal testing rate dan proporsi rate yg ditetapkan oleh WHO, minimal 5 persen dari penduduk Solok Selatan (jumlah penduduk 182 ribu jiwa) harus dilakukan testing PCR ini, atau sekitar 9 ribu jiwa lebih. (Rel/Adi)
Tidak ada komentar