Membangun Indonesia dari Pinggiran Sudah Jadi Tekad Jokowi Sejak Masa Kampanye
Internewss.com | Bogor(JABAR)- Saat berkampanye dalam pemilihan presiden tahun 2014, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah bertekad akan membangun Indonesia dari pinggiran. Itu janji politik yang sekarang dengan keras keras terus diwujudkan. Jadi bukan untuk pencitraan. Namun janji yang wajib ditunaikan.
"Pak Jokowi dan Jusuf Kalla punya janji politik saat kampanye. Itu janji calon presiden dan calon wakil presiden. Begitu dia terpilih dengan Nawacitanya, salah satunya membangun Indonesia dari pinggiran. Membangun dari pinggiran itu adalah bagaimana mempercepat pembangunan desa tertinggal, kelurahan yang ada termasuk kawasan perbatasan Negara," kata Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo saat memberikan kuliah umum di hadapan para mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), di Bogor, Jawa Barat (2/5).
Maka ketika awal pemerintahan bekerja, lanjut Tjahjo, yang dicanangkan adalah menggenjot pembangunan di wilayah pinggiran. Terutama di beranda depan negara. Daerah perbatasan. Dan, hasilnya kini mulai dirasakan. Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia yang dulu masih sebatas syair lagu, kini mulai terwujud. Indonesia dari Sabang sampai Merauke kini sambung menyambung.
"Insya Allah terwujud dengan baik. Dengan percepatan pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial, mulai dari ujung Pulau Rondo, Belawan, Sabang, Natuna, Entikong, Sanggau Sebatik, Nunukan, Muratara, masuk ke Morotai, Pulau bitung, perbatasan Talaud, Papua Barat, sambung menyambung," katanya.
Setelah menyambungkan wilayah pinggiran, kata Tjahjo, pemerintah pun tak melupakan pembangunan infrastruktur pendukung lainnya seperti puskesmas, sekolah, pasar dan pusat-pusat pertumbuhan. Penguatan sumber daya manusianya pun jadi prioritas.
"Ini di 174 kecamatan, Insya Allah di akhir tahun ini puskesmasnya sudah ada, mulai puskesmas pembantunya ada, rumah sakit rujukannya juga ada, PLBN selesai dibangun, jalannya ada, pelabuhan udara ada, pelabuhan laut ada, pasarnya sudah ada semua, tinggal sentra -sentra pangan dan industri ini harus kita cermati ke depan," katanya.
Tjahjo juga mengharapkan peran serta perguruan tinggi memajukan dan menggali potensi wilayah perbatasan. Tentu kontribusi perguruan tinggi di wilayah pinggiran sesuai fungsinya, misalnya lewat studi atau penelitian. Termasuk melalui kuliah kerja nyata. Sehingga pembangunan di perbatasan itu tetap memperhatikan kearifan lokal. Perguruan tinggi, termasuk IPB bisa memainkan perannya dalam konteks itu.
"Sebagaimana contoh di Kaltara. Sumber daya alamnya luar biasa, tapi jangan sampai tercabut akar budaya masyarakatnya," kata Tjahjo.
Percepatan pembangunan, khususnya di perbatasan, lanjut Tjahjo, dalam rangka untuk mengejar ketertinggalan yang selama 72 tahun sejak Indonesia merdeka belum juga bisa diwujudkan. Misalnya soal kemandirian dalam bidang pangan. Serta ketersediaan papan bagi masyarakat. Tentu bukan perkara mudah. Dibutuhkan energi yang begitu besar. Serta yang lebih penting dukungan dari semua elemen bangsa. Sebab tantangan bangsa Indonesia kian kompleks, mulai dari menguatnya radikalisasi, terorisme, narkoba, korupsi sampai ketimpangan sosial.
"Makaanya Pak Jokowi ini dalam dua tahun ini harus selesai membangun perbatasan termasuk pengamanannya, infrastrukturnya, bea cukainya, imigrasinya, telekomunikasinya.
Ini yang sekarang sedang dipacu dengan percepatan pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial.
Pemerintahan Pak Jokowi ini ingin mengejar ketertinggalan tadi. Sudah 72 tahun kita merdeka tapi ketertinggalan sangat jomplang sekali," kata Tjahjo.
# Pter | Mediabenangmerah
Tidak ada komentar