Waspada! Sleeping Sickness atau Penyakit Tidur Yang Mematikan
INEWS- Gejala penyakit ini pada awalnya hanya sakit kepala, pegal
otot dan menjadi gatal kulit. Tetapi ketika sudah masuk pada fase akhir
parasit akan menyerang otak dan tanda-tandanya pun akan semakin nampak
jelas. Pasien akan merasa sulit berkonsentrasi, mereka juga akan mudah
marah, bicara mereka menjadi tidak jelas dan akan berhenti makan.
Ritme keseharian mereka akan terganggu sehingga mereka akan sulit tidur
di malam hari dan hampir mustahil untuk terjaga di siang hari. Bahkan
sangat sulit bagi mereka untuk melakukan tugas sederhana seperti
menggambar garis lurus.
Infeksi ini akan membuat pasien terus mendapat mimpi buruk sampai akhirnya mereka koma dan mati. Sedangkan untuk pasien yang beruntung dapat hidup akan mengalami kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki.
Di Uganda 1 dari 3 orang beresiko terkena penyakit ini, bahkan penyakit ini membunuh lebih banyak manusia dari pada HIV/AIDS di negara tersebut. Penyakit Tidur menurut catatan resmi sudah membunuh 50 ribu orang di seluruh dunia.
Tidak ada vaksin atau obat medis yang dapat digunakan untuk mencegah terkenanya penyakit ini. Penyakit ini berasal dari parasit yang bernama Trypanosoma Brucei yang dibawa oleh lalat tsetse. Saat ini sedang dilakukan penelitian oleh dokter di dunia untuk mengobati penyakit ini.
Penyakit ini disebut African trypanosomiasis atau nama lainnya penyakit tidur. Penyakit ini adalah penyakit yang menyerang sistem syaraf dan disebabkan oleh protozoa trypanosoma yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan lalat tsetse. Lalat tsetse adalah salah satu spesies lalat yang menghisap darah mamalia.
Menurut penelitian, penyakit unik ini berasal dari Afrika dan sudah
menjadi wabah mematikan di beberapa negara di Afrika. Hingga saat ini
tercatat 50.000 sampai 70.000 orang di Sub-Sahara Afrika terserang
penyakit tidur atau Human african trypanosomiasis, yang menyebar melalui
gigitan lalat tsetse. Setiap tahunnya juga dilaporkan sekitar 300.000
orang meninggal akibat penyakit ini di Afrika.
Gigitan lalat ini menyebabkan rasa sakit dan bengkak merah di bekas
gigitan. Infeksi ini akan menyebar melalui darah dan mengakibatkan
gejala awal demam, sakit kepala, sakit sendi, gatal-gatal pada kulit,
dan lemas. Kemudian bakteri ini menyerang otak dan menyebabkan
penyakit-penyakit serius lainnya seperi pembengkakan kelenjar limfa,
anemia, dan penyakit ginjal.
Orang yang terjangkit akan mengalami kejang-kejang dan sulit berpikir. Serta pola tidur yang lebih lama dari biasanya. Penyakit ini sangat sulit dideteksi karena memiliki gejala awal seperti penyakit malaria.
Apabila seseorang terjangkit, penderita akan merasakan kantuk yang sangat hebat disiang hari. Tetapi penderita akan menjadi insomnia atau susah tidur pada malam hari. Apabila pola tidur semakin sulit dikendalikan, penderita bisa mengalami koma bahkan hingga kematian.
Infeksi ini akan membuat pasien terus mendapat mimpi buruk sampai akhirnya mereka koma dan mati. Sedangkan untuk pasien yang beruntung dapat hidup akan mengalami kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki.
Di Uganda 1 dari 3 orang beresiko terkena penyakit ini, bahkan penyakit ini membunuh lebih banyak manusia dari pada HIV/AIDS di negara tersebut. Penyakit Tidur menurut catatan resmi sudah membunuh 50 ribu orang di seluruh dunia.
Tidak ada vaksin atau obat medis yang dapat digunakan untuk mencegah terkenanya penyakit ini. Penyakit ini berasal dari parasit yang bernama Trypanosoma Brucei yang dibawa oleh lalat tsetse. Saat ini sedang dilakukan penelitian oleh dokter di dunia untuk mengobati penyakit ini.
Penyakit ini disebut African trypanosomiasis atau nama lainnya penyakit tidur. Penyakit ini adalah penyakit yang menyerang sistem syaraf dan disebabkan oleh protozoa trypanosoma yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan lalat tsetse. Lalat tsetse adalah salah satu spesies lalat yang menghisap darah mamalia.
Orang yang terjangkit akan mengalami kejang-kejang dan sulit berpikir. Serta pola tidur yang lebih lama dari biasanya. Penyakit ini sangat sulit dideteksi karena memiliki gejala awal seperti penyakit malaria.
Apabila seseorang terjangkit, penderita akan merasakan kantuk yang sangat hebat disiang hari. Tetapi penderita akan menjadi insomnia atau susah tidur pada malam hari. Apabila pola tidur semakin sulit dikendalikan, penderita bisa mengalami koma bahkan hingga kematian.
Penyakit ini tidak hanya menyerang manusia tetapi juga mamalia lainnya.
Hewan yang terserang penyakit ini akan mengalami penurunan produktifitas
dan akhirnya mati.
Metode penyebaran penyakit ini mirip dengan penyebaran penyakit lain yang membutuhkan perantara. Ketika lalat tsetse menghisap darah penderita penyakit tidur, mikroba trypanosoma akan ikut terhisap. Mikroba yang terhisap akan tinggal dan tidak mati di dalam tubuh lalat.
Ketika lalat yang sama menghisap darah orang yang sehat, mikroba trypanosoma tanpa sengaja masuk kedalam tubuh orang yang dihisap darahnya. Selain melalui lalat tsetse, penyakit ini juga bisa ditularkan melalui transfusi darah.
Sebelumnya, menurut penelitian untuk menyembuhkan penyakit ini harus melakukan terapi. Selain itu, penderita juga di harapkan meminum obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Namu cara yang kedua ini sangat beresiko karena 5%-20% penderita meninggal akibat komplikasi dari obat yang digunakan.
Pada akhir Maret 2010 lalu, ilmuwan asal Kanada dan Inggris berhasil menemukan obat yang bisa menyerang enzim parasit tersebut yang diharapkan bisa mempertahankan hidup seseorang. Obat itu sudah di uji klinis (percobaan pada manusia) dalam 18 bulan.
Metode penyebaran penyakit ini mirip dengan penyebaran penyakit lain yang membutuhkan perantara. Ketika lalat tsetse menghisap darah penderita penyakit tidur, mikroba trypanosoma akan ikut terhisap. Mikroba yang terhisap akan tinggal dan tidak mati di dalam tubuh lalat.
Ketika lalat yang sama menghisap darah orang yang sehat, mikroba trypanosoma tanpa sengaja masuk kedalam tubuh orang yang dihisap darahnya. Selain melalui lalat tsetse, penyakit ini juga bisa ditularkan melalui transfusi darah.
Sebelumnya, menurut penelitian untuk menyembuhkan penyakit ini harus melakukan terapi. Selain itu, penderita juga di harapkan meminum obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Namu cara yang kedua ini sangat beresiko karena 5%-20% penderita meninggal akibat komplikasi dari obat yang digunakan.
Pada akhir Maret 2010 lalu, ilmuwan asal Kanada dan Inggris berhasil menemukan obat yang bisa menyerang enzim parasit tersebut yang diharapkan bisa mempertahankan hidup seseorang. Obat itu sudah di uji klinis (percobaan pada manusia) dalam 18 bulan.
Ilmuan asal Belgia juga menemukan cara untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan lalat tsetse ini. Para ilmuwan menjelaskan bahwa ada sebuah bakteri yang disebut Sodalis Glossinidius yang hidup pada lalat tsetse yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Gen bakteri akan diubah untuk mendapatkan antibodi yang dapat melawan parasit yang menyebar di tubuh manusia. Dr David Horn dari London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan, “Ini adalah konsep yang menjanjikan, dan sekarang sedang diupayakan untuk membuat anti-trypanosomal.”
Karena penyakit yang berbahaya ini, manusia berusaha menekan keberadaan lalat tsetse yang menjadi perantara ini. Beberapa metode dilakukan seperti melakukan penyemprotan memakai insektisida, pemasangan jebakan, dan melepaskan lalat jantan steril (mandul) ke alam liar agar telur hasil perkawinan tidak dapat menetas.
#Gan
Referensi: Ganpost/ Institut de recherche pour le développement/ pantonanews/
Tidak ada komentar